Kutunggu

Terseduh kopi cangkir ku,

Panas air dengan kepulan uap panasnya, membumbung ke angkasa,

Kemana dia...

Se sruput kutenggak

Basahi kering tenggorokan, 

panas-panas melepuhkan hingga membakar dinding lidah,

Dimana dia...

Panas...

Pahit memang,

Tapi aku adalah petarung,

Tak takut...

Tinggal tetes terakhir,

Masih kutunggu,

Yang perlu kamu tahu...

Telah ber cangkir-cangkir kopi kutenggak,

Pahit getir nya pun telah menyesap dalam raga ku

hingga ku lupa bagaimana rasa nya

...aku masih menunggu,

Dan aku tidak takut.

Kunantikan Terbit mu

Kunantikan terbit mu

Disini...

Kunantikan terbit mu

Untuk berlabuh...

Tak usah harap lebih

Seperti ini aku

Menantimu untuk berlabuh

Lihat...kamu masih malu-malu

Bukankah aku menunggu hangat mu

Puisimu Menyakiti

Kata demi kata

Bait demi bait

Terangkai untuk lukiskan hati

Dengan satir ungkapkan cinta

Dengan satir menautkan benci

Semakin lama tak terbayang

Semakin lama semakin hambar

Sampai terlupa rasa sesungguhnya

Kata ku tak terhirau

Kekaguman mereka yang terhirau

Dan semakin jauh...

Pencarian Kata mu semakin menjauh

Sampai melupakan tentang prinsip

Apakah harus seperti ini?

Puisi mu menyakiti

Jika Hanya Diam

Kamu tahu aku...

Aku tahu kamu,

Kenapa tanya mereka?

Kamu mengenalku...

Aku mengenalmu,

Mengapa percaya mereka?

Kamu sakit...

Aku sakit,

Apa mereka peduli

Sampai kapan diam mu?

Jika hanya diam,

Dinding pun diam

Tapi masih bisa kulihat dan kurasa

Sewindu

Sewindu sudah...

Semakin tak berasa,

Sewindu sudah...

Semakin tak terarah,

Sedih kamu

Sedih aku

Sakit kamu

Sakit aku

Ego bertahan

Gengsi juga tak terelakkan

Sewindu....

semakin jauh

Semakin meredup

Berharap cahaya pelita

Dalam gulita melanda

Dan akhirnya...Berakhir sudah

Pendapat ketiga buat terpisah

Terpengaruh Badai rob utara 

Diam kita seperti ini

Tak mungkin ada solusi

Sewindu...ini kukenang

Tak kan kutambah sedihmu

Pergilah bersama angin

Dan biarlah aku terbuai dingin 

Berlalu bersama sendu

Nakal mu

Tuhan...

Nakal mu mengujiku,

Kau tak tampak kan...tapi hadir kan rasa ku,

Dengan nakal mu,

Kau pertemukan dingin dan panas...sebabkan gemuruh yang buat guntur meledak,

Tuhan...

Nakal mu membuat ku berhitung,

Detik demi detik...ribuan, bahkan mungkin sudah jutaan,

untuk menunggu hadir nya, dengan utuh

Semua karena mu ...

Nakal mu buat ku semakin sayang

Sedih memang

Tidak hanya sekedar angan...

Tidak pula secara kiasan

Tapi samuanya tak kan bisa merubah

Ku tetap rindukan mu

Cemburu Lagi

Gelisah...

Resah...

Tidak bisa tenang

Harus apa?

Harus bagaimana?

Penasaran...

Marah...

Sayang...

Tak sengaja banyak kebodohan

Itu Cemburu tau...!!!

Berpisah...?

Aku...kamu,

Belum pernah bertemu,

Bagaimana berpisah?

Kita saling merasa,

Hasrat yang sama,

Menimbul kan resah,

Dan mengutarakannya,

Disanalah kita bersama

Bagaimana berpisah...?

Bukankah kita sedang mencoba,

Dan cukup lama...

Apakah bisa...?

Aku berusaha.

Harus Kemana?

Terik...

Terik itu buatku linglung

Dehidrasi...mengering sudah cairan di pori ku

Harus kemana aku?

Secercah rasa...

tapi jauh disana

Meragu...untuk yakinkan walau seperti fatamorgana

Harus kah aku?

Harus...

Harus kulangkah kan

Tunggu aku

Kan Kupeluk rasa itu walau seteguk

Untuk lepaskan segala dahaga ini

Tentang ku

Hei...

Kata nya penulis...?

Ya...

Banyak sedih ku disana,

Karena hidupku bahagia ku...tak perlu kutulis

Katanya banyak teman...?

Ya...

Tanya saja tentang tulisan ku,

Jika sedih...merekalah teman ku,

Aku ada untuk mereka

Walau mereka sering lupa akhirnya

Dan hidup ku tetap bahagia ku

Kamu Tahu ?

Kamu tahu ?

Angan ku belum lelah menoreh, 

Menorehkan segala gambaran tentang mu

Kamu tahu ?

Mimpi ku masih sama seperti dulu,

Masih impikan bangun kenangan indah sebelum kita lepaskan ruh dari jasad kita

Walau sang kala terus gerogoti waktu,

Walau butuh ribuan sayap untuk tetap terus bertahan diangkasa,

Adam pun akhirnya temukan rusuknya yang hilang...

Harap yang ku punya tentang mu

Palupi ku miliki untuk kita

Karena hanya itu...

Kumasih pegang erat Pandora titipan mu

Pusaka terakhir yang tersisa

Saling Kehilangan

saling membohongi perasaan,

sama-sama kehilangan,

...dan akhirnya saling menyesal

Mungkinkah saat indah itu akan terulang?

Tunjukkan Caranya...

Bagaimana aku bisa dapatkan hati mu...

Jika kamu tidak tunjukkan caranya,

Bagaimana aku bisa mendapatkan mu...

Jika kamu tidak Mengajar kannya,

bodoh aku...

bebal memang,

Karena telah lupa cara nya

Basa-basiku tak kan mampu runtuhkan hatimu

Tunjukkan sekali...

Aku pasti akan mengerti

Berkebutuhan Khusus Terhadap Status

Status...

WNI atau WNA,

...harus jelas

Status...

Menikah atau belum menikah

...harus terlihat

Tiap hari update status...?

Wejang,

Curhat,

Galau,

Resah...

Tiap menit

Tiap waktu

Seperti nya jelas ...

Kalau ada respon...

Chat...inbox

Langit pun seperti nya telah meledak

Sebegitu berarti kah sebuah "status"?

Apakah butuh alasan?

Kau marah...

Aku pun diam

Kau sedih...

Aku berusaha hibur mu

Kau bahagia...

Aku pun berusaha lebih bahagiakan kamu

Lusuh aku,

Letih aku,

Tak akan merubah rasa

Apakah butuh alasan untuk mencintai mu?

Semua nya berjalan dengan semestinya,

Mengalir...

Tanpa tahu dari mana awal nya,

Dan kapan akan temukan muaranya

Cemburu

Bagaimana tidak...

Ketika aku menyebutmu,

Kau menyebut dia

Bagaimana tidak...

Kutulis nama mu,

Kau tulis namanya

Mungkin takdirmu

Walaupun masih beberapa waktu

dia selalu ada

Dan aku terlambat untuk sadari nya

Yang perlu kamu tahu,

Aku cemburu...

Bolehkah ku coba tuk perbaikinya?

air mata

Setiap air mata yang menetes,

Akan terbayar dengan indah...,

Terkadang bulan datang,

Dengan elok menantikan mentari...

Untuk Membuat nya terang,

Dan hari itu akan datang...

Semakin Jauh

Indah tak terkabar

Sedih pun juga

Bahagia sendiri-sendiri

Belum ter obati

Kau disana, aku disini

Demi menepati janji

Bertahan kita untuk nanti

Tuhan yang maha unik,

Skenario apalagi yang kau inginkan?

Satu Kata

Satu kata... Cinta

Satu kata... Kagum

Satu kata... Abadi

Raga dan Jiwa Yang Lapar

berbanggalah....Kamu telah berikan kesulitan terhadap yang lapar,

Senyum mu...menyakiti hati yang lapar,

Apalagi umpatanmu....

Karma akan hampiri pada satu persatu

"Katigo nde mongso rendeng,

Pancaroba kan ndadekne gendeng,

Sabar saha Guno,

Yen Ra sabar ndadekno molo..."

Mereka jiwa dan raga yang lapar...

Oleh: Bhre Polo