
Terik siang...
Menyelimuti sebuah kota,
Membalut kalut...
Para penggembala-penggembala mata duitan.
Riuh...,
Berdentuman...
membuat bosan,
Membuat semakin bersemangat untuk kembali pulang.
Geraahhhhh...
Panassss...
Membuat terdampar...
Dan semakin terbawa dalam alunan dehidrasi yang melelahkan.
Terperdaya...
Terlihat pasrah...
Tanpa terkecuali.
Terhuyung...
Mengigau...
Meracau...
Akhirnya rehat,
Basuh perih...
Basuh peluh
Dengan semangkuk es kacang merah,
Sempat terbersit...
Sempat terpikir...
Dan akhirnya terpesan.
dalam dehidrasi yang berpengaruh
Kami pun terpengaruh...
Sang terik buat kami berkeluh...
Menantikan tegukan demi tegukan...
Memperhatikan sebuah keunikan alam,
Sebuah air yang ditaburi oleh kacang merah dan dihias dengan rona manis aroma gula, membeku ditengah terik...
Meleleh... perlahan.
dalam igauan dejafu...
Tak terasa tersinggunglah masa lalu...
Tertegun diam...
Terbenam dalam sedih...
Membangkitkan amarah...
Buat kita tertawa lagi...
Bahagia...
Dan semakin membahana...
Tak terasa telah melewati waktu...
Waktu untuk segera kembali pulang,
Untuk bertemu kembali dengan realita...
Dan menyadari bahwa telah banyak yang terlewati.
Es kacang merah pun pada akhirnya meninggalkan bulir,
Sedikit meninggalkan dahaga...
Tapi tetap tak membuat terik terlewati.
Kami pun sadar diri...
Dan beranjaklah akhirnya...,
Tapi tidak untuk bersama...
Karena disana kami harus berpisah.
Dia mengangkasa menuju sang terik...
Menghilang dibalik buritan awan,
Meninggalkan aku sendirian...
Dan kuucapkan “selamat jalan kawan”.
beranjak lah setelah tertegun sesaat,
Mengikuti desiran angin yang bawa ku pulang,
Melewati pepohonan yang membosankan tapi menyenangkan...
Melewati zigzag sesaknya jalanan...
Dan disanalah aku masih bertahan.
Es kacang merah seolah memberi pesan...
Akan sebuah pertemuan,
Akan sebuah perpisahan,
...dan disanalah tersimpan kesan.
Write&Picture by HeroPolo